Minggu, 16 Juni 2013

Landasan Pendidikan Pancasila

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kenyataan hidup berbangsa dan bernegara bagi kita bangsa Indonesia tidak dapat dilepaspisahkan dari sejarah masa lampau. Demikianlah halnya dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia, termasuk di dalamnya Pancasila sebagai dasar negaranya. Sejarah masa lalu dengan masa kini dan masa mendatang merupakan suatu rangkaian waktu yang berlanjut dan berkesinambungan. Dalam perjalanan sejarah eksistensi Pnacasila sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia mengalami berbagai macam interpretasi dan manipulasi politik sesuai dengan kepentingan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan yang berlindung di balik legitimasi ideologi negara Pancasila. Bahkan pernah diperdebatkan kembali kebenaran dan ketepatannya sebagai Dasar dan Filsafat Negara Republik Indonesia. Bagi bangsa Indonesia tidak ada keraguan sedikitpun mengenai kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara.
Dalam Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dapat menelusuri sejarah kita di masa lalu dan coba untuk melihat tugas-tugas yang kita emban ke masa depan, yang keduanya menyadarkan kita akan perlunya menghayati dan mengamalkan Pancasila. Sejarah di belakang telah dilalui dengan berbagai cobaan terhadap Pancasila, namun sejarah menunjukkan dengan jelas bahwa Pancasila yang berakar dia bumi Indonesia senantiasa mampu mengatasi percobaan nasional di masa lampau. Dari sejarah itu, kita mendapat pelajaran sangat berharga bahwa selama ini Pancasila belum kita hayati dan juga belum kita amalkan secara semestinya.
       Penghayatan adalah suatu proses batin yang sebelum dihayati memerlukan pengenalan dan pengertian tentang apa yang akan dihayati itu. Selanjutnya setelah meresap di dalam hati, maka pengamalannya akna terasa sebagai sesuatu yang keluar dari esadaran sendiri, akan terasa sebagai sesuatu yang menjadi bagian dan sekaligus tujuan hidup. Sementara itu, Pengamatan terhadap tugas-tugas sejarah yang kita emban ke masa depan yang penuh dengan segala kemungkinan itu, juga menyadarkan kita akan perlunya penghayatan dan pengamalan Pancasila.

B.     Masalah
Yang jadi masalah daam masalah ini adalah bagaimana kita memahami dan menerapkan “Landasan Pendidikan Pancasila” di dalam kehidupan kita.
Dari masalah diatas dapat dirumuskan sub-sub masalah sebagai berikut:
1.      Apa pengertian dari Pancasila?
2.      Apa pengertian dari Landasan Filosofi, Kultural, Histori dan Yuridis?
     
C.     Tujuan
    Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk mendapatkan informasi yang seluas-luasnya mengenai Landasan Pendidikan Pancasila.


D.    Manfaat
Adapun manfaat dalam penulisan makalah ini adala :
a.       Secara teoritis
Manfaat yang dapat kami ambil dalam penulisan makalah ini adalah, kami dapat lebih memahami apa yang dimaksud dengan Pancasila dan landasan yang menyusunnya.
b.      Secara Praktis
Manfaat yang akan didapat oleh orang lain yang membaca makalah ini adalah, untuk menambah wawasan mereka mengenai apa itu Pancasila dan apa saja landasan-landasan yang menyusun terbentuknya Pendidikan Pancasila.

BAB II
LANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA


1.1  Pengertian Pancasila
Secara etimologi istilah Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta. Dalam bahasa Sansekerta Pancasila memiliki arti yaitu :
Panca artinya lima
Syila artinya batu sendi, alas/dasar
Syiila artinya peraturan tingkah laku yang baik
Pancasila adalah dasar filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 and tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun. II No. 7 tanggal 15 Februari 1946 bersama-sama dengan Batang Tubuh UUD 1945.
Pandangan hidup suatu bangsa adalah masalah pilihan, masalah putusan suatu bangsa mengenai kehidupan bersama yang dianggap baik. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa, berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan tuntunan dan pegangan adlam mengatur sikap dan tingkah laku manusia Indonesia dalam hubungannya dengan Tuhan, mayarakat dan alam semesta.
Pancasila sebagai dasar negara, ini berarti bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu dijadikan dasar dan pedoman dalam mengatur tata kehidupan bernegara seperti yang diatur oleh UUD 1945.

1.2    Landasan Historis
 Setiap bangsa memiliki ideologi dan pandangan hidup yang berbeda satu dengan yang lainnya, diambil dari nilai-nilai yang tumbuh, hidup dan berkembang di dalam kehidupan bangsa yang bersangkutan. Demikianlah halnya dengan Pancasila yang merupakan ideologi dan pandangan hidup bangsa Indonesia digali dari tradisi dan budaya yang tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sendiri seja kelahirannya dan berkembang menjadi bangsa yang besar seperti yang dialami oleh dua kerajaan besar tempo dulu yaitu Kedatuan Sriwijaya dan Keprabuan Majapahit.
Setelah berproses dalam rentang perjalanan sejarah yang panjang sampai kepada tahap pematangannya oleh para pendiri negara pada saat akan mendirikan negara Indonesia merdeka telah berhasil merancang dasar negara yang justru bersumber pada nilai-nilai yang telah tumbuh, hidup dan berkembang dalam kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia yang kemudian diformulasikan dan disistematisasikan dalam rancangan dasar negara yang diberi nama Pancasila. Nama tersebut untuk pertama kalinya diberikan oleh salah seorang penggagasnya yaitu Ir. Soekarno dalam pidatonya tanggal 1 juni 1945 dalam persidangan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atas saran dan petunjuk seorang temannya yang ahli bahasa.
Dengan demikian kiranya jelas pada kita bahwa secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat dilepaspisahkan dari dan dengan nilai-nilai Pancasila serta telah melahirkan keyakinan demikian tinggi dari bangsa Indonesia terhadap kebenaran dan ketepatan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Republik Indonesia, sejak resmi disahkan menjadi dasar negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia sampai dengan saat ini dan Insya Allah untuk selama-lamanya.

1.3    Landasan Kultural
Pandangan hidup suatu bangsa merupakan sesuatu yang tidak dapat dilepaspisahkan dari kehidupan bangsa yang bersangkutan. Bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup adalah bangsa yang tidak memiliki jati diri (identitas) dan kepribadian, sehingga akan dengan mudah terombang-ambing dalam menjalani kehidupannya, terutama pada saat-saat menghadapi berbagai tantangan dan pengaruh baik yang datang dari luar maupun yang muncul dari dalam, lebih-lebih di era globalisasi dewasa ini.
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia adalah jati diri dan kepribadian bangsa yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam budaya masyarakat Indonesia sendiri dengan memiliki sifat keterbukaan sehingga dapat mengadaptasikan dirinya dengan dan terhadap perkembangan zaman di samping memiliki dinamika internal secara selektif dalam proses adaptasi yang dilakukannya. Dengan demikian generasi penerus bangsa dapat memperkaya nilai-nilai Pancasila sesuai dengan tingkat perkembangan dan tantangan zaman yang dihadapinya terutama dalam meraih keunggulan IPTEK tanpa kehilangan jati dirinya.

1..3 Landasan Yuridis
Alinea IV Pembukaan UUD 1945 merupakan landasan yuridis konstitusional antara lain di dalamnya terdapat rumusan dan susunan sila-sila Pancasila sebagai dasar negara yang sah, benar dan otentik sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin olrh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Batang tubuh UUD 1945 pun merupakan landasan yuridis konstitusional karena dasar negara yang terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 dijabarkan lebih lanjut dan rinci dalam pasal-pasal dan ayat-ayat yang terdapat di dalam Batang Tubuh UUD 1945 tersebut.

1.4    Landasan Filosofis
                  Nilai-nilai yang tertuang dalam rumusan sila-sila Pancasila secara filosofis dan obyektif merupakan filosofi bangsa Indonesia yang telah tumbuh, hidup dan berkembang jauh sebelum berdirinya negara Republik Indonesia. Oleh karena itu, sebagai konsekuensi logisnya menjadi kewajiban moral segenap bangsa Indonesia untuk dapat merealisasikannya dalam kehidupan sehari-hari baik kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sebagai dasar filsafat negara, maka Pancasila harus menjadi sunber bagi setiap tindakan para penyelenggara negara dan menjiwai setiap peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.






















     BAB III
PENUTUP


A.   Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat ditarik kesimpulan,Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Panca itu lima dan Syila itu batu sendi. Sedangkan secara umum, Pancasila adalah filsafat Negara Republik Indonesia yang secara resmi disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945 and tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, diundangkan dalam Berita Republik Indonesia Tahun. II No. 7 tanggal 15 Februari 1946 bersama-sama dengan Batang Tubuh UUD 1945.
Landasan Pendidikan Pancasila terdiri dari landasan historis, filosofis, kultural dan yuridis.

B.   Saran
Dari makalah diatas dapat disarankan:
1.      Diharapkan, kita dapat lebih memaknai lebih dalam lagi mengenai Pancasila setelah kita mengetahui pengertian dari Pancasila tersebut.
2.      Diharapkan kita dapat lebih memaknai dan memahami mengenai landasan-landasan pendidikan Pancasila dan diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.







DAFTAR PUSTAKA


supardiyo.wordpress.com/tag/landasan-pendidikan-pancasila/
www.anakciremai.com › MAKALAH ILMU PENDIDIKAN

pancasila.univpancasila.ac.id/?p=282




Bahaya Pestisida Bagi Kesehatan

BAB I.
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Ternyata, puncak kejayaan pestisida sekitar tahun 1984-1985 telah membawa dampak yang sangat dahsyat terhadap ekosistem yang ada. Meskipun penggunaan pestisida makin ditingkatkan , masalah hama-hama terutama wereng tidak dapat diatasi, malah makin mengganas. Kita tidak sadar, bahwa mengganasnya hama wereng tersebut akibat penggunaan pestisida yang berlebihan. Pestisida juga menimbulkam masalah lingkungan seperti matinya makhluk bukan sasaran (ikan, ular, katak, belut, bebek, ayam, cacing tanah dan serangga penyerbuk) dan musuh alami (predator, parasitoid), residu pestisida dalam bahan makanan, pencemaran air, tanah, udara dan keracunan pada manusia serta ongkos produksi yang sangat mahal dan sia-sia.
Gejala keracunan pada manusia yang timbul secara umum badan lemah atau lemas.Pada kulit, menyebabkan iritasi seperti terbakar, keringat berlebihan, noda.Pada mata, gatal, merah berair, kabur atau tidak jelas, bola mata mengecil atau membesar.Pengaruh pestisida pada sistem pencernaan seperti rasa terbakar pada mulut dan tenggorokan, liur berlebihan, mual, muntah, sakit perut dan diare.Sedang pada sistem syaraf, seperti sakit kepala, pusing, bingung, gelisah, otot berdenyut, berjalan terhuyung-huyung, bicara tak jelas, kejang-kejang tak sadar.Pada sistem pernafasan, batuk, sakit dada dan sesak nafas, kesulitan bernafas dan nafas bersuara.
Kenyataan ini mendorong pemerintah secara bertahap mengubah kebijakan pemberantasan hama dari pendekatan UNILATERAL ke pendekatan yang KOMPREHENSIF, berdasarkan prinsip-prinsip ekologis yang dikenal dengan PENGELOLAAN HAMA TERPADU (PHT). Akhirnya tahun 1986, pemerintah melarang penggunaan 57 formulasi pestisida pada padi dan tahun 1996 melarang ke 57 formulasi tersebut pada semua tanaman dan tidak menerima lagi pendaftaran ulang bagi pestisida yang sudah berakhir masa berlakunya. Diantaranya DDT, Thiodan 35 EC, Nuvacron 150 WSC, Basudin 60 EC, Azodrin 15 WSC, dll. Larangan tersebut diikuti dengan pencabutan subsidi pestisida sekitar tahun 1989 sehingga harga melambung tinggi. Dukungan politik PHT dengan dikeluarkannya INPRES No. 3/1986 dan diperkuat dengan Undang-Undang No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman, khususnya pada pasal 20 tentang Sistem PHT dan pasal 21 tentang kegiatan perlindungan tanaman serta pasal 40 tentang larangan atau pembatasan penggunaan pestisida tertentu.
PHT adalah suatu cara pendekatan/cara berfikir/falsafah pengendalian hama didasarkan pada pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam kerangka pengelolaan agroekosistem secara keseluruhan. Konsep PHT merupakan suatu konsep atau cara pendekatan pengendalian hama yang secara prinsip berbeda dengan konsep pengendalian hama konvensional yang selama ini sangat tergantung pada pestisida. Konsep ini timbul dan berkembang di seluruh dunia kerena kesadaran manusia terhadap bahaya penggunaan pestisida yang terus meningkat bagi lingkungan hidup dan kesejahteraan masyarakat. Konsep PHT sangat selaras dengan pertanian berkelanjutan, yaitu pertanian yang memenuhi kebutuhan kini tanpa berdampak negative atas sumber daya fisik yang ada, sehingga tidak membahayakan kapasitas dan potensi pertanian masa depan untuk memuaskan aspirasi kebendaan dan lingkungan generasi mendatang. Dalam pertanian berkelanjutan mencakup konsep antara lain;
1) meminimumkan ketergantungan pada energi, mineral dan sumber daya kimiawi yang tidak terbarukan,
2) menurunkan pengaturan udara, air dan lahan di luar kawasan usaha tani,
3) harus mempertahankan kecukupan habitat bagi kehidupan alami,
4) konservasi sumber daya genetik dalam species tumbuhan dan hewan yang diperlukan pertanian,


BAB. II
Pembahasan
A.    Pengertian Pestisida
Dalam proses intensifikasi sekarang ini berbagai kendala sosial-ekonomi dan teknis bermunculan. Masalah organisme pengganggu tanaman (OPT, hama – penyakit – gulma) yang mengakibatkan penurunan dan ketidakmantapan produksi belum dapat diatasi dengan memuaskan. Kehilangan hasil akibat OPT diperkirakan 40 – 55 %, bahkan bisa terancam gagal.
Dilema yang dihadapi para petani saat ini adalah bagaimana cara mengatasi masalah OPT tersebut dengan pestisida sintetis. Di satu pihak dengan pestisida sintetis, maka kehilangan hasil akibat OPT dapat ditekan, tetapi menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Di pihak lain, tanpa pestisida kimia akan sulit menekan kehilangan hasil akibat OPT. Padahal tuntutan masyarakat dunia terhadap produk pertanian menjadi bertambah tinggi terutama masyarakat negara maju, tidak jarang hasil produk pertanian kita yang siap ekspor ditolak hanya karena tidak memenuhi syarat mutu maupun kandungan residu pestisida yang melebihi ambang toleransi.
Pestisida secara luas diartikan sebagai suatu zat yang bersifat racun, menghambat pertumbuhan atau perkembangan, tingkah laku, bertelur, perkembang biakan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi OPT. Tidak kita pungkiri bahwa dengan pestisida sintetis telah berhasil menghantarkan sektor pertanian menuju terjadinya “revolusi hijau”, yang ditandai dengan peningkatan hasil panen dan pendapatan petani secara signifikan, sehingga Indonesia bisa mencapai swasembada pangan pada tahun 1986. Dalam revolusi hijau target yang akan dicapai adalah berproduksi cepat dan tinggi, sehingga diperlukan teknologi masukan tinggi diataranya penggunaaan varietas unggul, pemupukan berat dengan pupuk kimia, pemberantasan hama dan penyakit dengan obat-obatan kimia. Pada tahun ini konsepsi untuk menanggulangi OPT ialah pendekatan UNILATERAL, yaitu menggunakan satu cara saja, PESTISIDA. Ketika itu pestisida sangat dipercaya sebagai “ASURANSI” keberhasilan produksi; tanpa pestisida produksi sulit atau tidak akan berhasil. Karena itu pestisida disubsidi sampai sekitar 80 % dari harganya, hingga petani dapat membelinya dengan harga “murah”.Sistem penyalurannyapun diatur sangat rapih dari pusat sampai ke daerah-daerah. Pestisida diaplikasikan menurut jadwal yang telah ditentukan, tidak memperhitungkan ada hama atau tidak. Pemikiran ketika itu ialah “melindungi” tanaman dari kemungkinan serangan hama. Promosi pestisida yang dilakukan oleh para pengusaha pestisida sangat gencar melalui demontrasi dan kampanye.Para petani diberi penyuluhan yang intensif, bahwa hama-hama harus diberantas dengan insektisida.Dalam perlombaan hasil intensifikasi, frekuensi penyemprotan dijadikan kriteria, makin banyak nyemprot, makin tinggi nilainya.
B.     Bahaya pestisida terhadap kesehatan manusia
Kita semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan. Makanan yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu pestisida. The National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 mengeluarkan laporan tentang pestisida dalam makanan.Pada dasar data dalam penelitian, resiko potensial yang diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus kanker tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup.Karena sekitar 30 macam pestisida karsinogen terdapat dalam makanan kita, dan selama ini belum menyebutkan potensi pemaparan terhadap pestisida karsinogen dalam air minum.
C.     Jenis Pestisida dan potensi bahaya bagi kesehatan manusia
No. Jenis Pestisida Jenis Penggunaan Potensi Bahaya Pada Kesehatan Manusia
1.Asefat Insektisida Kanker, mutasigen, kelainan alat reproduksi
2 Aldikard Insektisida Sangat beracun pada dosis rendah
3 BHC Insektisida Kanker, beracun pada alat reproduksi
4 Kaptan Insektisida Kanker, mutasi gen
5 Karbiral Insektisida Mutasi gen, kerusakan ginjal
6 Klorobensilat Insektisida Kanker, mutasi gen, keracunan alat reproduksi
7 Klorotalonis Fungisida Kanker, keracunan alat reproduksi
8 Klorprofam Herbisida Kanker, mutasi gen, pengaruh kronis
9 Siheksatin Insektisida Karsinogen
10 DDT Insektisida Cacat lahir, pengaruh kronis.
D.    Pesticide Action Network (PAN) Indonesia
Badan yang bekerja sebagai pemantau atas pestisida untuk melindungi konsumen (FDA /The foot and Drug Administration), menyatakan lebih dari 110 pestisida yang berbeda terdeteksi dalam semua makanan ini antara 1982-1985.Dari 25 pestisida yang terdeteksi lebih sering, 9 telah diidentifikasi oleh FDA sebagai penyebab kanker, disamping potensi bahaya lainnya.Pada musim panas 1985, hampir 1000 orang dibebrapa negara bagianWilayah Barat dan Kanada keracunan oleh residu pestisida Temik dalam semangka. Dalam 2-4 jam setelah memakan semangka yang tercemar, orang akan mengalami rasa mual, muntah, pandangan buram, otot lemah dan gejala lain. (Masih untung), tidak ada yang meninggal, biarpun kebanyakan korban dalam kondisi parah. Masih ditempat yang sama laporan juga menyebutkan adanya serangan gangguan hebat, jantung tak teratur, sejumlah orang dirumah-sakitkan, dan paling kurang 2 bayi lahir mati.
Tahun 1986, kira-kira 140 kandang sapi perah di Arkansas, Oklahoma dan Missouri dikarantina karena tercemar oleh pestisida terlarang heptaklor.
WHO (World Health Organisation) memperkirakan bahwa setengah juta kasus keracunan pestisida muncul setiap tahunnya, 5000 orang diantaranya berakhir dengan kematian.Pada akhir tahun 1980 dilaporkan bahwa jumlah keracunan pestisida di dunia dapat mencapai satu juta kasus dengan 20.000 kematian per tahun.Dr. Nani Djuangsih dalam penelitiannya tahun 1987 di beberapa desa di Jawa Barat menemukan residu DDT dalam Asi sebanyak 11,1 ppd didaerah Lembang. Demikian pula penelitian muthahir yang dilakukan Dr. Theresia membuktikan masih detemukan turunan DDT sebanyak 0,2736 ppm dalam ASI di daerah Pengalengan. Dampak secara tidak langsung dirasakan oleh manusia, oleh adanya penumpukan pestisida di dalam darah yang berbentuk gangguan metabolisme enzim asetilkolinesterase (AChE), bersifat karsinogenik yang dapat merangsang sistem syaraf menyebabkan parestesia peka terhadap perangsangan, iritabilitas, tremor, terganggunya keseimbangan dan kejang-kejang (Frank C. Lu, 1995). Hasil uji Cholinesterase darah dengan Tintyometer Kit yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur terhadap tenaga pengguna pestisida pada tahun 1999 dari 86 petani yang diperiksa 61,63 % keracunan dan 2000 sebanyak 34,38 % keracunan dari lokasi yang berbeda. Sulistiyono (2002), pada petani Bawang Merah di tiga kecamatan di Kabupaten Nganjuk Jawa Timur, ditemukan petani yang terpapar pestisida kategori berat 5 orang dan ringan 83 kasus dari 192 responden Pestisidadapatmerusakkeseimbanganekologi
Dinamikapestisidadilingkungan yang membentuk suatu siklus, terutama jenis pestisida yang persisten.Penggunaan pestisida oleh petani dapat tersebar di lingkungan sekitarnya; air permukaan, air tanah, tanah dan tanaman. Sifat mobil yang dimiliki akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme non sasaran, kualitas air, kualitas tanah danu dara. Kondisi tanah di Lembang dan Pengalengan Jawa Barat berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dr. Theresia (1993) sudah tercemar pestisida.Di daerah Lembang, contoh tanah yang diambil dari sekitar ladang tomat, kubis, buncis dan wortel, mengandung residu organoklorin yang cukup tinggi.Penggunaan pestisida dan tertinggalnya residu dapat sangat menurunkan populasi hewan tanah.Dibandingkan dengan besarnya kandungan residu pestisida dalam tanah, kandungan pestisida dalam air memang lebih rendah.Meskipun demikian hasil penelitian membuktikan bahwa telah terjadi pencemaran di lingkungan perairan akibat pestisida.Contohnya ialah kematian 13 orang di Aceh Utara akibat mengkonsumsi tiram (Ostrea culcullata) yang tercemar pestisida.
Pencemaran itu menurut Kompas 10 Mei 1993 berasal dari tambak udang yang menggunakan Brestan untuk membunuh siput dan hama yang memakan benur. Lingkungan perairan yang tercemar menyebabkan satwa yang hidup di dalam dan sekitarnya turut tercemar. Ini dapat dibuktikan dari penelitian Dr. Therestia tahun 1993, ia menemukan kandungan Organoklorin dalam tubuh ikan sebanyak 0,0792 ppm di Lembang dan 0,020 ppm di Pengalengan. Selain itu terdapat residu organo fosfat sebesar0, 0004-1,1450 ppm diwilayah tersebut. BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) tahun 1982 sudah melaporkan bahwa ikan, udang dan kepiting di Delta Cimanuk Jawa Barat tercemar oleh derivat DDT. Air dan Lumpur tanah liat pun tercemar dengan Diazinon dan Thiodan. Penelitian yang lebih intensif, dilakukan oleh Proyek Penelitian Pengembangan Sumberdaya Air dan Pencemaran Perairan Air Tawar menemukan bahwa semua badan air tawar yang diteliti di Jawa Barat mengandung pestisida dengan jumlah berkisar 0,1-6,0 ppm dari 4 jenis Organofosfat dan 1 karbamat yang dianalisis, dan badan-badan air tawar di bagian Indonesia lainnya, seperti di Sumatera, SulawesidanBalihampirtercemarseluruhnya.
Peranan pestisida dalam sistem pertanian sudah menjadi dilema yang sangat menarik untuk dikaji.Berpihak pada upaya pemenuhan kebutuhan produksi pangan sejalan dengan peningkatan perumbuhan penduduk Indonesia, maka pada konteks pemenuhan kuantitas produksi pertanian khususnya produk hortikultura pestisida sudah tidak dapat lagi dikesampingkan dalam sistem budidaya pertaniannya. Mengingat penciptaan social culture yang telah tercipta sedemikian rupa oleh pemerintah tahun 1980-an dengan subsidi biaya penggunaan pestisida dan pendewaan pestisida sebagai penyelamat produksi dan investasi petani. Hingga saat ini ketergantungan petani terhadap pestisida semakin tinggi untuk menghasilkan kuantitas dan cosmetic appearance produk, hal ini disebabkan oleh kesimbangan ekologis yang sudah tidak sempurna (populasi hama tinggi musuh alami semakin punah). Di pihak lain penggunaan pestisida membawa bencana yang sangat hebat terhadap kesehatan petani dan konsumen akibat mengkonsumsi produk hortikultura yang mengandung residu pestisida. Menurut WHO setiap setengah juta kasus pestisida terhadap manusia, 5000 diakhiri dengan kematian. Dampak lain yang tidak kalah pentingnya adalah timbulkan pencemaran air, tanah dan udara yang dapat mengganggu sistem kehidupan organisme lainnya di biosfer ini.


BAB.III
Penutup
A.  Kesimpulan
Pestisida secara luas diartikan sebagai suatu zat yang bersifat racun, menghambat pertumbuhan atau perkembangan, tingkah laku, bertelur, perkembang biakan, mempengaruhi hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi OPT.
Kita semua terpapar dengan pestisida pada dasarnya yang berketerusan. Makanan yang kita makan, terutama buah dan sayuran segar, mengandung residu pestisida. The National Academy of Sciences (NAS) tahun 1987 mengeluarkan laporan tentang pestisida dalam makanan.Pada dasar data dalam penelitian, resiko potensial yang diberikan oleh pestisida penyebab kanker dalam makanan kita lebih dari sejuta kasus kanker tambahan dalam masyarakat Amerika selama hidup.
Dinamika pestisida di lingkungan yang membentuk suatu siklus, terutama jenis pestisida yang persisten.Penggunaan pestisida oleh petani dapat tersebar di lingkungan sekitarnya; air permukaan, air tanah, tanah dan tanaman.
B.  Saran
Upaya yang harus dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap input bahan kimiawi dalam proses produksi pertanian dapat ditempuh melalui gerakan pertanian organik. Gerakan ini mulai memasyarakat terutama di negara-negara maju yang masyarakatnya alergi dengan produk bahan kimia.

Penggunaan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos) sebagai pelengkap dan penyeimbang pupuk buatan, selain mensuplai unsur hara juga berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kapasitas menahan air, sifat penyangga (buffer) tanah dan meningkatkan mikroorganisme dalam tanah yang berguna bagi tanaman.

Sumbangan Jepang Terhadap Perkembangan Ilmu Fisika

Jepang adalah salah satu negera paling maju yang ada di Asia. Baik dari segi teknologi, pendidikan, kesehatan, maupun dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya Ilmu Fisika.
Di bawah ini adalah beberapa dari Ilmuwan Jepang yang telah menyumbangkan ilmu yang mereka punya terhadap perkembangan ilmu Fisika Dunia.

1.      Hideki Yukawa (1907-1981)
Hideki Yukawa adalah ahli fisika Jepang, penemu teori meson. Ia meramalkan adanya meson (1935). Dua belas tahu kemudian (1947) Powell, ahli fisika Inggris, menemukan meson. Jadi ramalan Yukawa benar. Oleh karena itu, pada tahun 1949 Yukawa mendapatkan hadiah nobel untuk fisika. Ia berhasil membuktikan kemampuan orang-orang Asia untuk menyumbangkan kepintarannya dalam riset fisika internasional setelah C.V Raman (peraih nobel fisika dari India).
Yukawa lahir di Tokyo pada tanggal 23 Januari 1907. Sebagai anak ketiga dari Takuji Ogawa seorang profesor geologi di Kyoto Imperial University (sekarang Universitas Kyoto).
Pada tahun 1932 Chadwik, ahli fisika dari Inggris, menemukan neutron. Pada waktu itu para ahli hanya mengenal 4 partikel subatom, yaitu proton, neutron, elektron, dan foton. Saat ini para ahli atom sudah menemukan kira-kira 200 partikel subatom. Sesudah proton dan neutron ditemukan, Yukawa mulai bertanya pada diri sendiri, apa yang menyebabkan proton dan neutron tidak berantakan? Tentu ada sejenis “lem” atau “jarum” yang mengikat atau menjahit proton dan neutron. Maka Yukawa mulai menyusun teorinya.
Pada 1935, ketika ia berumur 27 tahun, Yukawa mempublikasikan tulisan dengan judul On the Interaction of Elementary Particles I. Dalam publikasinya itu, ia mengajukan suatu teori baru tentang gaya nuklir dan meramalkan adanya partikel. Massa partikel itu harus diantara massa elektron dan proton, atau kira-kira 200-300 kali massa elektron. Yang kemudian dinamakan meson (kata Yunani yang berarti tengah). Menurutnya, sama seperti gaya elektromagnetik yang dibawa oleh foton, gaya nuklir dibawa oleh meson.
Setelah ditemukannya salah satu jenis meson oleh fisikawan Amerika pada tahun 1937, Yukawa lebih semangat lagi untuk mengkonsentrasikan risetnya pada pengembangan teori meson ini.
Pada tahun 1912 Victor Hess, ahli fisika Austria, menemukan sinar kosmik. Sinar ini berasal dari angkasa luar dan kemudian diketahui terdiri dari proton, elektron, neutron, positron, dan foton. Pada tahun 1947 Powell, ahli fisika Inggris, ternyata menemukan meson dalam sinar kosmik. Ternyata meson mempunyai energi yang luar biasa. Meson dapat bergerak hampir secepat cahaya (299.792 kilometer per detik) dan dapat menembus apa saja. Meson dapat menembus atom, inti atom, air, atau tanah setebal 700 meter, bahkan timbal setebal beberapa meter.
Partikel yang diramalkan oleh Yukawa ini semula akan dinamakan “Yukon”untuk menghormatinya, namun akhirnya orang memilih nama meson. Partikel itu sekarang ini terkenal dengan nama pi-meson atau pion. Partikel ini mempunyai massa 270 kali massa elektron. Di dalam inti atom, neutron, dan proton dengan cepat sekali saling menukarkan pion ini. Neutron dan proton terus-menerus menyerap dan melepaskan pion. Beberapa pion saja seperti “jarum” yang cepat sekali menjahit proton dan neutron hingga mereka terpadu kuat sekali.
Penemuan partikel pi-meson pada tahun 1947 membuat nama Yukawa semakin melejit. Penemuan ini semakin meyakinkan orang bahwa teori Yukawa tentang gaya nuklir berada pada jalur yang tepat. Atas prediksinya tentang keberadaan meson yang kemudian terbukti secara empiris inilah, Hideki Yukawa kemudian dikukuhkan sebagai fisikawan besar dengan penganugerahan hadiah Nobel
fisika dari Swedish Academy of Science di Stockholm, Swiss
Disamping Nobel, penghargaan yang pernah diterimanya antara lain dari Universitas Paris, the Royal Society of Edinburgh, the Indian Academy of Sciences, the International Academy of Philosophy and Sciences, dan the Pontificia Academia Scientiarum. Dari negerinya sendiri, ia juga dianugerahi bintang jasa.
Walaupun sibuk sebagai peneliti, Yukawa juga menyempatkan diri untuk aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial. Pada bulan juli 1981, kira-kira empat bulan sebelum ia meninggal dunia, Yukawa bersama-sama dengan sekelompok ilmuwan membuat pernyataan melarang penggunaan senjata nuklir. Ia meninggal pada 8 September 1981.
2.      Makoto Kobayashi
Lahir di Nagoya, Jepang pada tanggal 7 April 1944. Seperti berada di tengah-tengah Perang Dunia Kedua, Ia dievakuasi ke Desa Kawagoe Prefektur Mie tahun berikutnya untuk melarikan diri dari pemboman udara atas Nagoya. Segera setelah perang berakhir, ayahnya meninggal. Saat Ia hanya dua tahun pada waktu itu, Ia tidak punya memori tentang dirinya. Ayahnya, Hisashi, adalah seorang dokter. Pada akhir karirnya, ia menjabat sebagai direktur pusat kesehatan masyarakat utama di Nagoya.
    Ia pergi ke sekolah dasar dan menengah di sekolah umum biasa. Tidak ada yang sangat unik yang terjadi selama tahun-tahun sekolah. Di sekolah tinggi, Ia membaca Evolusi Fisika oleh Albert Einstein dan Leopold Infeld. Buku  itu memicu minatnya dalam fisika.
Ia  memasuki Departemen Fisika Universitas Nagoya.
Sebagai mahasiswa pascasarjana, Ia mulai penelitiannya di fisika partikel sebagai anggota laboratorium Prof Sakata itu. Sebuah suasana yang bebas berlimpah di laboratorium; diperlakukan tidak memihak, para mahasiswa pascasarjana diizinkan untuk berpartisipasi dalam diskusi di antara para peneliti. Ia percaya bahwa saya belajar banyak dari pengalaman itu.
Sayangnya, Prof Sakata meninggal sewaktu Ia masih seorang mahasiswa pascasarjana. Selama hari-hari mahasiswa pascasarjananya, Ia terlibat dalam banyak diskusi dengan Prof Yoshio Ohnuki. Ia juga bertemu Toshihide Maskawa di Nagoya University. Ia mulai melakukan penelitian bersama dengan Maskawa setelah memasuki sekolah pascasarjana. Tema penelitian mereka pada waktu itu adalah pada simetri kiral. Mereka mencoba mendekati subjek dari perspektif model quark.
Pada Maret 1972, Ia menerima gelar doktoralnya dalam fisika dari Universitas Nagoya. Pada saat itu, tidak mudah bagi peneliti pasca-doktoral untuk mencari posisi. Untungnya, bagaimanapun, Ia dipekerjakan sebagai asosiasi penelitian di Departemen Fisika Universitas Kyoto. Ia pindah ke Kyoto pada bulan April. Ia kembali penelitian bersama dengan Maskawa, yang telah ditransfer ke Universitas Kyoto sedikit sebelum dia. Mereka bekerja pada CP pelanggaran, penelitian yang mereka buat kemudian mendapat Hadiah Nobel. Melibatkan satu sama lain dalam diskusi, mereka maju penelitian mereka dengan cepat, menyelesaikannya dalam waktu yang relatif singkat. Pada akhir Agustus, mereka telah selesai menulis kertas kita.
Dengan penemuan J / ψ-partikel pada 1974, ada, seperti di negara-negara lain, cukup keributan di Jepang. Banyak teori yang berani untuk karakter J / ψ-partikel, pada akhirnya, bagaimanapun, itu bertekad untuk menjadi charmonium, yang merupakan negara terikat quark c dan anti-partikel. Sebelum itu, sedikit quark keempat diperoleh oleh Kiyoshi Niu dalam eksperimennya mengekspos ruang emulsi sinar kosmik. Dalam hubungan ini, beberapa kelompok Jepang, termasuk tambang, sedang menyelidiki sebuah model empat quark tetapi tidak mampu memprediksi seumur hidup panjang negara charmonium.
Pada tahun 1975, tau lepton ditemukan. Karena ini menunjukkan adanya quark generasi ketiga, mereka mengusulkan model enam quark  yang kemudian mulai menarik perhatian.
Meskipun Ia tidak memberikan kontribusi langsung kepada pengembangan model quark enam, dia tidak menulis kertas dengan Katsuhiko Sato yang agak terkait. Mereka mencoba untuk menjelaskan keterbatasan pada massa dan seumur hidup neutrino dalam menggunakan argumen kosmologis saat pencampuran rasa yang sama ada dalam sektor leptonic.
Selama periode itu, KEK (Laboratorium Nasional untuk Fisika Energi Tinggi, sekarang High Energy Accelerator Research Organization) telah memulai operasi sinkrotron akselerator proton nya, dan diskusi sedang berlangsung pada perencanaan proyek Tristan berikut. Hubungan pertamanya dengan KEK adalah partisipasi dalam diskusi ini. Ia kemudian dipekerjakan sebagai seorang profesor di Divisi Teori KEK dan pindah ke Tsukuba pada tahun 1979. Pada saat itu, Divisi Teori dipimpin oleh Hirotaka Sugawara. Motohiko Yoshimura datang ke Divisi sekitar waktu yang sama Ia lakukan. Tahun itu, Ia menerima Nishina Memorial Prize.
Setelah tiba di KEK, ia terlibat dalam penyusunan proposal untuk proyek Tristan. Ini pada awalnya dimaksudkan untuk menjadi sebuah elektron-positron collider-proton. Namun, yang disetujui untuk konstruksi pada tahun 1981 adalah elektron-positron collider. Operasi dimulai pada tahun 1987. Dengan impian mereka untuk menemukan quark  terpenuhi.
Selama periode itu, ia menghabiskan tiga bulan di CERN (Organisasi Eropa untuk Riset Nuklir) dari November 1982. Sementara ia berada di sana, partikel W ditemukan. Itu adalah pengalaman yang sangat menyenangkan baginya. Namun, sebelum kedatangannya di CERN, JJ Sakurai meninggal saat bekerja di sana sebagai seorang peneliti mengunjungi. Pada tahun 1985, ia dianugerahi Hadiah JJ Sakurai, dilembagakan pada tahun itu oleh American Physical Society. Pada tahun yang sama ia menerima Japan Academy Prize.
Pada tahun 1989, saya diangkat menjadi kepala KEK Fisika Divisi II, di mana saya menerima tanggung jawab untuk sebuah kelompok penelitian eksperimental. Kami mengatur tentang sungguh-sungguh untuk mempersiapkan rencana untuk akselerator pasca-Tristan: Ini akan menjadi akselerator B-pabrik dibangun di dalam terowongan Tristan dan dioperasikan dengan tujuan untuk membuktikan pelanggaran CP dalam sistem B-meson. Konstruksi disetujui dan dimulai pada tahun 1994. Percobaan menggunakan B-pabrik dimulai pada tahun 1999, dan hasil awal yang diperoleh pada tahun 2000. .
Ia pensiun dari jabatan KEK ketika sebagai direktur Institut berakhir pada tahun 2006. Sementara itu, ia diundang untuk menjadi IIAS (International Institute for Advanced Studies) Fellow. Dalam kapasitas itu, ia melakukan perjalanan pada kesempatan ke daerah Kansai untuk mengadakan diskusi dan menulis makalah dengan Taichiro Kugo, dengan siapa ia telah melakukan penelitian bersama di masa lalu.
Pada bulan Oktober 2007, ia menjadi direktur eksekutif JSPS, di mana ia menikmati banyak kesempatan untuk bertemu peneliti dari spektrum yang luas bidang.
Dalam beberapa tahun terakhir, ia menerima penghargaan Merit Pribadi Budaya pada tahun 2001 dan Orde penghargaan Kebudayaan pada tahun 2008, baik dari pemerintah Jepang, dan Energi Tinggi Fisika Partikel Prize pada 2007 dari Physical Society Eropa.

3.      Dosa-itiro Tomonaga
Fisikawan Jepang Tomonaga Sin-itiro (1906-1979) adalah yang terbaik dikenal untuk kontribusi fundamental untuk elektrodinamika kuantum.
Putra tertua dari seorang filsuf dan universitas profesor, Tomonaga Sin-itiro lahir pada tanggal 31 Maret 1906, di Tokyo. Setelah mendapatkan gelar dari Universitas Kyoto pada tahun 1929, ia menghabiskan 3 tahun sebagai mahasiswa penelitian di laboratorium Kajuro Tomaki di universitas dan kemudian menjadi mahasiswa riset di bawah Yoshio Nishina dalam Ilmu Research Institute di Tokyo. Tomonaga tinggal di sana sampai 1940, dengan pengecualian beberapa waktu yang dihabiskan pada tahun 1939 di Universitas Leipzig dengan Werner Heisenberg.
Selama tahun-tahun perang, sementara bekerja di isolasi lengkap dari fisikawan lain, Tomonaga membuat kontribusi untuk elektrodinamika kuantum yang ia berbagi hadiah Nobel tahun 1965 dengan Julian Schwinger dari Harvard University dan Richard Feynman dari California Institute of Technology. Pencapaian ini fisikawan harus dipahami dalam konteks perkembangan umum fisika sejak 1925-1926, ketika mekanika kuantum ditemukan dan dijabarkan oleh Heisenberg, Erwin Schrödinger, Paul Dirac, Max Born, dan lain-lain. Meskipun teori elegan telah dikembangkan secara khusus untuk memahami struktur atom, ia segera umum oleh Heisenberg, Wolfgang Pauli, Dirac, dan Enrico Fermi untuk menyertakan penjelasan tentang proses radiasi dan proses, seperti efek Compton, yang melibatkan interaksi radiasi dan materi. Teori yang dihasilkan - elektrodinamika kuantum - setuju kualitatif dengan percobaan tetapi menolak untuk menghasilkan kesepakatan yang tepat. Kebanyakan fisikawan tahun 1930-an mengambil ini berarti bahwa ada sesuatu yang secara fundamental salah dengan teori. "Tomonaga, Schwinger, dan Feynman," tulis FJ Dyson di Science (1965), "diselamatkan teori tanpa membuat inovasi radikal kemenangan mereka adalah kemenangan konservasi.. Mereka terus dasar fisik teori [postulation elektron hanya , positron, dan foton] persis seperti itu telah ditetapkan oleh AM Dirac, dan hanya mengubah suprastruktur matematika. Dengan polishing dan pemurnian dengan keterampilan hebat matematika formalisme, mereka mampu menunjukkan bahwa teori sebenarnya tidak memberikan prediksi bermakna untuk semua diamati jumlah. "
Hal yang luar biasa, seperti Dyson menunjukkan, adalah bahwa, meskipun eksperimen tertentu telah memainkan peran menentukan dalam Schwinger dan berpikir Feynman, Tomonaga telah mencapai wawasan dasarnya identik atas dasar pertimbangan teoritis saja. Dia telah diterbitkan dalam bahasa Jepang kesimpulan tersebut pada tahun 1943, namun surat-suratnya tidak diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sampai tahun 1948 - sampai Schwinger dan Feynman telah mampu mengarahkan upaya mereka jauh dari perang-terkait penelitian independen dan telah mencapai hasil yang sama pada dasarnya.
Setelah perang Tomonaga banyak menerima gelar kehormatan untuk karyanya. Selain Hadiah Nobel 1965, ia menerima Japan Academy Prize pada tahun 1948, Orde Kebudayaan (Jepang) pada tahun 1952, dan Medali Lomonosov dari Uni Soviet pada tahun 1964. Dia adalah profesor fisika di Universitas Tokyo Pendidikan 1949-1969, dan menjabat sebagai presiden lembaga dari tahun 1956 sampai 1962. Pada tahun 1963, ia menjadi direktur universitas Institut Penelitian Optical. Dia juga ketua Dewan Sains Jepang 1963-1969. Dia pensiun dari Universitas Tokyo pada tahun 1969 Pendidikan, dan menjabat sebagai Profesor Emeritus sampai kematiannya di Tokyo pada tanggal 8 Juli 1979.
4.      Leo Esaki
Lahir di kota Osaka, Jepang, Esaki lulus dalam fisika di Universitas Tokyo pada tahun 1947, memperoleh gelar doktor di sana pada tahun 1959. Doktornya bekerja ada di fisika semikonduktor, dan pada tahun 1958 ia melaporkan efek yang dikenal sebagai 'tunneling', yang telah diamati pada p-n sempit persimpangan germanium yang berat diolah dengan kotoran. Fenomena tunneling adalah efek mekanik kuantum di mana elektron dapat menembus penghalang potensial melalui wilayah sempit padat, di mana teori klasik memprediksi tidak bisa lulus.

            Esaki dengan cepat melihat kemungkinan penerapan efek terowongan, dan pada tahun 1960 dilaporkan pembangunan perangkat dengan sifat diodelike - terowongan (atau Esaki) dioda. Dengan potensi bias negatif, dioda bertindak sebagai sirkuit pendek, sementara di bawah kondisi tertentu bias maju itu dapat memiliki resistensi efektif negatif (penurunan arus dengan tegangan meningkat). Karakteristik penting dari
dioda terowongan adalah kecepatan yang sangat cepat operasi, ukuran kecil fisik, dan konsumsi daya yang rendah. Ini telah menemukan aplikasi dalam berbagai bidang elektronik, terutama di komputer, perangkat microwave, dan di mana suara elektronik yang rendah diperlukan. Esaki berbagi Hadiah Nobel untuk fisika pada tahun 1973 dengan Brian Josephson dan Ivar Giaever .

             Esaki bekerja untuk komputer perusahaan International Business Machines di Thomas J. Watson Research Center, Yorktown Heights, New York, sampai tahun 1992, ketika dia kembali ke Jepang untuk menjadi presiden Universitas Tsukuba, Ibaraki.





















BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari penulisan makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa, Jepang banyak sekali menyumbangkan ilmu-ilmu yang semakin menambah luas pengetahuan ilmu Fisika. Seperti ditemukannya muson oleh Hideki Yukawa, lalu Makoto Kobayashi yang menemukan quark enam, Dosa-itiro Tomonaga yang menemukan elektrodinamika kuantum, dan Leo Isaki yang telah menemukan fenomena tunneling adalah efek mekanik kuantum di mana elektron dapat menembus penghalang potensial melalui wilayah sempit padat, di mana teori klasik memprediksi tidak bisa lulus.











DAFTAR PUSTAKA

en.wikipedia.org/wiki/Hideki_Yukawa
www.bookrags.com/biography/hideki-yukawa/ - Amerika Serikat
en.wikipedia.org/wiki/Sin-Itiro_Tomonaga
tomonaga.nobelpr.com/1.htm
en.wikipedia.org/wiki/Makoto_Kobayashi_(physicist)
id.wikipedia.org/wiki/Yoichiro_Nambu