Minggu, 02 April 2017

Tidak Seperti Angan yang Ada di Awal

Sebenarnya, udah lama banget mau nulis tentang ini. Tentang sesuatu yang awalnya aku anggap mudah, namun nyatanya tidak.

Sejak duduk di bangku TK, aku sudah memiliki keinginan untuk menjadi seorang guru. Waktu itu, keinginan tersebut muncul di dasari atas kekagumanku pada sosok guru yang setiap hari membimbing kami. Aku masih ingat sekali nama beliau adalah Ibu Titik, walaupun sudah delapan belas tahun berlalu.

Kesabarannya menangani kami membuatku terobsesi ingin menjadi seperti dirinya. Ketika masuk ke jenjang sekolah dasar, aku kembali mengagumi sosok guru lainnya. Ia adalah seorang guru matematika. Guru yang disegani oleh murid lainnya, tapi terlihat begitu keren di mataku. Ia termasuk guru yang sangat disiplin. Masuk tepat waktu, dan selalu ingat jika dia sudah memberi PR di hari sebelumnya. Hal ini semakin menumbuhkan keinginanku untuk menjadi seorang guru.

Di tingkat SMP, lagi-lagi aku menemukan sosok guru yang sangat aku kagumi, namun ditakuti oleh teman-temanku yang lain. Begitu pula di SMA. Guru yang dianggap membosankan dan membuat ngantuk menurut teman-temanku, malah menjadi guru yang sangat aku sukai. Mereka selalu berkata jika seleraku agak nyeleneh. Tapi, aku bisa merasakan perhatian yang sangat besar dari guru-guru tersebut untuk kami.

Karena alasan-alasan tersebut, aku pun memantapkan pilihanku untuk menjadi seorang tenaga pendidik. Aku masuk ke perguruan tinggi jurusan pendidikan. Walaupun awalnya sempat salah jurusan ke teknik lingkungan. Aku menjalani kuliah dengan berbagai angan-angan yang terus saja bermunculan.

Aku lebih tepatnya mengambil program studi pendidikan Fisika. Dengan harapan, minimal aku bisa mengajar di tingkat SMP. Namun, sepertinya angan-anganku tidak berjalan dengan mulus. Kampus tempatku menimba ilmu saat itu bekerja sama dengan dinas pendidikan di kotaku. Dan, aku terpilih menjadi salah satu dari mahasiswa yang mengikuti program tersebut.

Aku tidak pernah menyangka jika program tersebut adalah program mengajar di sekolah dasar yang berada di daerah terluar dari kotaku. Aku sama sekali tidak memiliki bayangan jika suatu saat akan mengajar di sekolah dasar. Selama ini, yang aku pelajari adalah ilmu Fisika. Sangat jauh sekali dengan pelajaran tematik yang ada di SD. Lagipula, aku tidak pernah belajar, seperti apa pembelajaran tematik tersebut.

Namun, dengan antusias, aku tetap akan menjalani program ini sampai selesai. Toh, hanya mengajar di SD. Walaupun akan sulit sekali menemukan masalah yang bisa diangkat untuk skripsiku nanti, setidaknya tugasku tidak berat ketika harus disuruh mengajar SD. Hal ini karena pikiran yang aku bangun adalah, mengajar yang paling mudah adalah di tingkat sekolah dasar. Hanya perlu berhadapan dengan anak-anak.

Tapi, lagi-lagi angan yang kubangun kembali runtuh ketika sudah memulai PPL di SD tersebut. Semuanya tidak seenteng apa yang ada di pikiranku. Sebelumnya, aku sudah pernah mengajar di SMP walau hanya beberapa bulan saja. Karena itu, aku bisa merasakan perbedaan yang sangat besar antara saat mengajar anak-anak SD dengang anak-anak SMP.

Aku memutuskan jika mengajar para ABG lebih mudah ketimbang anak-anak. Buang pikiran jika menjadi guru SD itu mudah!! Karena sama sekali tidak demikian. Tugas yang terberat menurutku adalah menjadi tenaga pengajar bagi-anak-anak di usia TK maupun SD. Apalagi jika kita bertemu dengan anak yang kritis. Yang selalu menanyakan hal apa saja yang membuat rasa ingin tahu mereka timbul.

Belum lagi, di usia seperti ini, mereka sedang asik-asiknya meng-imitasi perbuatan dari orang dewasa yang dekat dengan mereka. Dan, perilaku guru adalah media belajar mereka untuk meniru. Jadi, sebagai guru SD, kita harus sangat berhati-hati dalam berkata maupun bertindak.

Walaupun di awal aku merasa sangat berat hingga menangis. Namun, semuanya sudah menguap begitu saja. Karena, dibalik kesulitan itu, ada saat-saat di mana kita akan dibuat tertawa oleh tingkah polos anak-anak tersebut. Bahkan pertanyaan yang mereka ajukan terkadang sangat menghibur. Mungkin, lebih banyak senangnya daripada beratnya mengajar mereka.

Dan, Alhamdulillah. Setelah selesai kuliah, aku juga malah bekerja sebagai guru bantu di salah satu SD yang ada di kotaku. Pengalaman yang didapat saat PPL benar-benar sangat membantu. 

Tulisan ini kubuat hanya untuk mengingatkanku jika pekerjaan apa pun itu, memiliki kesulitan yang pasti harus dihadapi. Walaupun itu adalah pekerjaan yang awalnya kita anggap enteng. Menjadi guru SD awalnya adalah pekerjaan paling mudah yang ada di dalam pikiranku. Namun nyatanya tidak. Tingkat kesabaran yang dimiliki oleh guru SD harus lebih besar. Belum lagi segala RPP yang harus dikerjakan. 

Tapi, ketika pekerjaan di jalani dengan ikhlas, dan kita mencintai pekerjaan tersebut. Sesulit apa pun pekerjaan yang kita hadapi, kita akan tetap menikmatinya dengan rasa syukur karena bisa menjalani hal tersebut. Dan, aku sangat mencintai pekerjaanku. 

Ini hanya curhatan dari seseorang yang baru menikmati pekerjaannya sebagai guru SD. Dan, tulisan ini dibuat hanya untuk menunjukkan kekagumanku pada mereka yang mendedikasikan hidupnya sebagai seorang guru. Entah guru apa pun itu.

Maaf jika tulisan ini sama sekali tidak menghibur. Sekali lagi, ini hanya curhat dari seseorang yang sangat mencintai pekerjaannya sebagai seorang guru.