Rabu, 03 Juli 2013

I'm So Naive

Aku melihatnya dengan mata kepalau sendiri, kalau dia sedang jalan berdua bersama dengan wanita lain. Sama seperti yang di katakan oleh sahabat-sahabatku. Tapi, pikiranku selalu memerintahkan, seolah mataku tak pernah melihatnya.
***
Aku menanyakan keberadaannya kemarin. Dan, dengan tenang ia menjawab semua pertanyaan yang aku ajukan.
“Aku pergi membeli ini,” ujarnya sambil menyerahkan kotak kecil padaku.
“Kau membeli hadiah ini untukku?”
“Tentu saja. Setiap melihat barang-barang seperti itu, yang terlintas di pikiranku adalah kamu.”
Hanya dengan beberapa patah kalimat itu saja, ia sudah berhasil meluluhkan hatiku. Yang sebelumnya terasa begitu menyakitkan, kini berubah menjadi perasaan yang begitu membahagiakan.
Aku tahu, kalimat yang di ucapkannya adalah kebohongan belaka. Tapi dengan kebohongannya itu, ia malah berhasil menyalakan kembang api cinta di dalam hatiku. Walaupun aku tahu semuanya bohong, tapi, aku tetap menyukainya.
Aku tidak perduli jika hatiku harus terus terluka karena sikapnya yang sering mendua di belakangku. Cukup mendengar kebohongan manis darinya, aku sudah merasa tenang. Karena, aku tahu, aku tidak bisa kalau bukan dia.
Sehingga, terluka pun aku ikhlas. Asal bisa terus bersamanya. Mereka bilang aku terlalu naif. Seharusnya aku sudah meninggalkannya. Tapi, mereka tidak pernah tahu bagaimana dengan hatiku. Tidak semudah itu aku bisa memutuskan untuk meninggalkannya.

Walapun cinta yang ia berikan untukku juga suatu kebohongan. Aku sudah merasa cukup puas dengan semua itu. Naif kah aku? Ya, aku memang naif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar