Yang aku tahu, kau adalah orang pertama yang bisa mengobrak-abrik
hatiku. Sikapmu yang manis, membuatku begitu mudahnya jatuh dalam pesonanmu. Kuncup-kuncup
cinta seolah telah memenuhi ruang hatiku. Hingga aku merasa sesak. Bagaimana jika
kelak kuncup-kuncup ini bermekaran. Apa yang akan terjadi denganku? Apakah akan
terasa lebih menyesakkan dari ini?
Seiring waktu, kau juga menabur pupuk sehingga kuncup-kuncup di
hatiku tumbuh dengan suburnya. Kau bilang, kau akan sabar menanti hingga kuncup
itu mekar. Aku mempercayaimu.
Tak ada seharipun, kau tidak hadir dalam kehidupanku. Katamu, aku
adalah sumber semangatmu. Dan begitu juga bagiku. Kau adalah sumber semangatku.
Walaupun, aku tidak bisa mengungkapkannya seperti yang kau ucapkan padaku. Aku hanya
berrharap, semoga kau bisa memahami apa yang aku rasakan saat ini.
Kita bersama melewati hari. Saling mendukup cita-cita satu dengan
yang lain. Kau tampak begitu bahagia setiap membicarakan keinginanmu untuk
menjadi seorang pelaut. Aku pun selalu antusias mendengar ceritamu. Tak lupa,
janji-janji manis yang kau ucapkan jika kau telah menjadi seorang pelaut nanti.
Aku mempercayainya.
Hingga tiba saat itu, ketika kau sudah sampai pada titik apa yang
kau inginkan. Perlahan, kau mulai menghindariku. Lalu, dengan satu kalimat
saja, kau pergi meninggalkanku. Memintaku untuk tetap menunggumu. Entah sampai
kapan itu.
Sejak saat itu, tak kudengar lagi kabar darimu. Kuncup-kuncup di
hatiku, tak tahu, apakah akan bermekaran nanti, atau malah mati sebelum ia
sempat memperlihatkan kelopak indahnya. Untuk saat ini, aku hanya akan terus
mencoba menjaga perasaan yang sudah tercipta untukmu. Walaupun, aku tidak tahu
kapan itu akan berakhir.
Rasa cintaku padamu, akan tetap aku jaga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar