Menjadi
seorang muslimah yang baik memang bukan perkara mudah bagi mereka yang baru
memulai untuk berhijrah. Banyak sekali godaan yang kadang membuat kita ingin
menyerah, dan kembali pada diri kita yang dulu. Namun, apabila kita bisa
melalui segala ujian yang diberikan oleh Allah SWT, Insya Allah, kita akan
diganjar dengan hadiah yang manis.
Seperti kisah
yang akan aku bagi pada para pembaca blog-ku ini. semoga bisa menjadi kisah
yang menginspirasi buat para pembaca. Dan, kisah ini berdasarkan apa yang aku
alami sendiri.
Aku dari
kecil memang dikenal sebagai anak yang temperamen. Mudah sekali marah atau pun
menangis. Orang tuaku bahkan bingung bagaimana lagi mereka bisa membuatku
belajar untuk mengontrol emosiku.
Hingga pada
usiaku yang ke- 13 tahun, aku memutuskan untuk mengenakan kerudung, mengikuti
jejak mama yang sudah terlebih dahulu menggunakannya. Awalnya, mereka yang
mengenalku selalu mengatakan jika mengenakan hijab tidak akan mampu membuatku
merubah watak yang selama ini sudah melekat padaku.
Aku yang
kala ini masih ABG, tak jarang terprovokasi. Aku akan balik menyerang mereka
dengan kalimat-kalimat yang lebih menyakitkan. Seperti menanyakan sudah sampai
sejauh mana mereka menjalankan agama yang mereka anut. Apakah mereka sudah jauh
lebih baik dari aku, sehingga berani mengkritik keputusanku?
Karena hal
tersebut, mereka seolah menemukan bukti jika temperamenku memang tidak akan
pernah berubah. Hal ini terus berlanjut hingga akhirnya aku masuk ke perguruan
tinggi. Dengan jatah usia yang terus berkurang, aku pun berusaha keras untuk
membuang image tersebut dari diriku.
Aku mengikuti
kajian-kajian untuk memerdalam ilmuku tentang agama. Bagaimana cara mengontrol
emosiku, dan berbagai hal lainnya. Dukungan dari kedua orang tua dan
adik-adikku juga menjadi vitamin yang membuatku tak lelah untuk berusaha.
Tapi, aku
bersyukur, karena di bangku kuliah ini, tak banyak rintangan yang harus aku
hadapi. Namun, begitu masuk ke dunia kerja, di sinilah aku benar-benar diuji. Aku
tahu, kita memang tidak bisa memaksa semua orang untuk menyukai diri kita. Inilah
yang aku hadapi begitu masuk ke dunia kerja. Aku harus menghadapi mereka-mereka
yang tidak menyukaiku.
Jika selama
ini aku selalu berhadapan pada orang-orang yang hanya berani mencibir di
belakang kita, kali ini aku malah harus menghadapi orang yang terang-terangan
menunjukkan ketidaksukaannya padaku. Ia sama sekali merasa tidak bersalah tiap
kali menjelek-jelekkanku atau membicarakanku pada orang lain. Dan, semua itu ia
lakukan di depan mataku langsung.
Emosi?
Tentu saja. Mana
ada orang yang tahan dibicarakan seperti itu. Apalagi di hadapan kita langsung.
Tapu, saat ini aku lebih bisa mengendalikan diriku. Hal ini dimulai dengan
menyadari busana apa yang aku kenakan. Aku adalah wanita berhijab. Jadi, aku
harus menunjukkan image itu pada orang-orang di sekitarku.
Aku tidak
ingin pakaian yang aku kenakan dianggap oleh orang-orang hanya sekedar penutup
tubuh saja. Namun, aku ingin pakaian yang aku kenakan dianggap sebagai
identitasku sebagai wanita muslimah. Bukan hanya sekedar ikut trend. Tapi,
hanya ingin menaati perintah Allah saja. Menjadi wanita saliha yang merupakan
cermin wanita mukmin.
Jadilah,
setiap ia mulai menjelek-jelekkan tentangku, dengan tenang, aku akan berjalan
meninggalkan ruangan tanpa melepas senyum dari wajahku. Dan, tak lupa menyapa
yang bersangkutan sebelum aku benar-benar keluar dari ruangan itu.
Sebenarnya,
aku ingin sekali berteriak padanya sekali saja. Untuk mengatakan kalau semua
yang ia tuduhkan itu tak benar. Namun, aku sudah memutuskan untuk berhijrah. Aku
harus total. Jadi, sabar adalah pilihan yang terbaik.
Dan,
alhamdulillah, setahun berlalu, perilaku orang tersebut sudah berubah sangat
jauh. Ia tidak lagi memusuhi ku. Malah sangat ramah padaku. Ini adalah ganjaran
manis dari Allah bagi mereka yang bisa melalui semuanya dengan sabar. Aku percaya
itu. Andai saja saat itu aku menuruti emosiku, mungkin tidak akan seperti ini
akhir ceritanya.
Semoga kisah inspiratif ini bisa menjadi inspirasi bagi semua yang membacanya. Aamiin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar